Ika Land's

Ika Land's
Right Now

Sabtu, 12 Maret 2011

Please Never Say Goodbye

Jadi oppa mau pergi? Tapi kenapa?” tanya Jessica dengan berlinang air mata.
“Karena aku harus.” jawab Jay pelan.
“Harus? Harus kenapa? Apa oppa tidak bisa tetap disini?”
“Sica, aku harap kau bisa menerima keputusanku.” pinta Jaebum sambil menatap wanita yang ada dihadapannya.
“Aku bisa terima keputusan oppa untuk keluar dari 2pm, tapi tidak dengan meninggalkanku.” tangisan Sica makin menjadi.
“Maafkan aku..” Jaebum mencoba menenangkan kekasihnya itu dengan memeluknya.
“Mereka kenapa sih?” tanya Yoona pada Nichkhun dari sudut ruangan.
“Entahlah. Apa mereka bertengkar?” Nickhun balik bertanya.
“Mungkin. Sepertinya Jaebum oppa berbuat salah hingga Sica onnie menangis seperti itu.” tebak Yoona disambut anggukan dari Nichkhun.
Jaebum melepaskan pelukannya, “Aku janji aku akan terus menghubungimu. Aku pergi bukan berarti hubungan kita berakhir Sica.” kata Jaebum melepas sambil menghapus air mata dari wajah Jessica.
“Benarkah?” tanya Jessica sambil sesegukan. Jae tersenyum manis dan mengangguk. Jessica kembali menangis dan tenggelam di pelukan Jaebum.
“Tapi boleh aku minta 1 hal padamu Sica?”
“Apa?”
“Tolong jangan beritahu hal ini pada yang lain dulu ya, aku tidak mau mereka tahu dulu. Aku mau jika semuanya sudah siap baru aku akan memberitahu mereka.” pinta Jae. Jessica hanya menggangguk.
----------------------------------------------------------------------



1 bulan kemudian
“Onnie!!!” pekik Yoona dan Sooyoung dari dalam kamar.
“Hei, kalian kenapa sih?” tanya Sunny menghampiri mereka.
“Gawat! G-A-W-A-T!” Sooyung berteriak lebay.
“Gawat? Gawat kenapa?” tanya Tiffany yang sekarang sudah berdiri di pintu kamar Yoona.
“Ini..” Yoona menunjuk ke majalah yang sedang dipegangnya.
“Apa sih?” Sunny merebut majalah itu dari tangan Yoona dan membaca artikel yang terdapat di dalamnya.
“Omo!!” Sunny berteriak tapi buru-buru menutup mulut dengan kedua tangannya sendiri.
“Apa?” tanya Tiffany yang juga penasaran. Dia mengambil majalah dari tangan Sunny dan menjatuhkan majalah itu setelah membacanya.
“Ada apa?” tanya Jessica yang sudah berdiri di belakang mereka.
“Sica-ah, i..ini..” Fany dengan gugup memungut dan memberikan majalah itu pada Sica. Jessica melihat dan membaca dengan cermat berita yang ada di dalamnya.
“Oh, ini.” katanya cuek dan memberikan majalah itu lagi pada Tiffany kemudian berjalan keluar.
“Loh, kok?” Sooyoung, Yoona, Sunny dan Tiffany terbengong melihat tingkah laku Sica yang biasa-biasa saja.
“Kalian tunggu disini dulu.” ujar Yoona dan beranjak dari kasurnya.
“Onnie.” panggil Yoona pada Jessica yang sedang duduk di dekat jendela.
“Oh? wae?”
“Onnie tidak apa-apa?”
“Ehm. Memangnya aku kenapa?” tanya Jessica sambil mengangkat alisnya.
“Itu, Jaebum oppa..”
“Aku sudah tahu lebih dulu, kau tidak perlu khawatir.” Sica memotong ucapan Yoona.
“Onnie…”
“Yoona-ah, kami berdua sudah membicarakan tentang hal ini dan aku tidak apa-apa, sungguh.” Sica mencoba meyakinkan Yoona.
“Ah, chinja? Syukurlah kalau onnie tidak apa-apa, aku hanya cemas saja.”
“Gwencanha.” Sica mengelus pipi Yoona dan kembali menatap ke arah luar jendela.

------------------------------------------------------------------------------------
-7 bulan kemudian-
“Kulihat akhir-akhir ini Sica sering murung sendiri. Aku jadi cemas.” bisik Hyoyeon kepada Taeyeon. “Aku juga. Mana dia tidak mau makan. Badannya hanya tinggal tulang begitu.” Taeyeon terdengar tak kalah cemasnya.
“DOOOR!”
“Aigoo!”
“Omma!”
“Kalian sedang apa?” tanya Sooyoung tanpa wajah bersalah sedikitpun.
“Kau ini!” omel Taeyeon dan Hyoyeon.
“Aaah, Jessica.” angguk Sooyoung mengerti.
“Kasihan Sica.” ujar Hyoyeon prihatin.
“Andai saja ada yang bisa kita lakukan.” sahut Taeyeon.
“Hei, kita bisa melakukan sesuatu!” ucap Sooyoung yang tiba-tiba mendapatkan ide.
“Apa?” tanya Taeyeon dan Hyoyeon serentak.
“Kita kumpulkan dulu yang lain.
----------------------------------------------------------------------------------



Di kamar Taeyeon
“Oh, jadi itu rencananya,” Yuri menganguk mengerti.
“Tapi bagaimana? Kita kan tidak tahu bagaimana cara menghubunginya.” keluh Seohyun.
“Kalau soal itu gampang, aku bisa minta ke Khun oppa.” Yoona mengambil handphone-nya dan memencet beberapa digit angka.
“Kau mau menelponnya?? tanya Sunny. Tidak, aku minta lewat sms saja, habis kalau ketahuan Sica onnie bisa gawat nanti.” jelas Yoona, yang lain mengangguk.
“Dibalas!” pekik Yoona pelan.
“Dapat nomornya?” tanya Sooyung dengan wajah penuh harap.
“Ehm.” Yoona mengangguk lalu mendekatkan handphone ke telinganya.
“Yeobseyo? Jaebum oppa.”
--------------------------------------------------------------------------------

-1 bulan kemudian-
“Sica.” panggil Yuri pelan, tapi cukup untuk mengagetkan Jessica.
“Oh. Kau mengagetkanku Yul.” Sica mengelus-elus dadanya karena kaget.
“Mianhae. Sica-ah, kau menangis lagi?” tanya Yuri dan menghapus airmata Sica.
“Aku tidak apa-apa kok.” Sica menyingkirkan tangan Yuri dan menghapus sendiri air matanya.
“Kenapa? Kau ingat Jaebum oppa lagi?” tanya Yuri. Sica terdiam dan memandang lurus keluar jendela.
“Jendelanya bisa bolong karena kau tatap terus.” goda Yuri mencoba menghibur sahabatnya ini, Sica hanya tersenyum simpul.
“Rasanya sudah lama sekali Yul.” ucap Sica pelan, nyaris seperti bisikan.
“Hah? Lama apa?”
“Iya, rasanya sudah lama sekali semenjak dia pergi.”
“Bukankah kalian tetap berhubungan?”
“Berhubungan lewat telpon tidak cukup bagiku Yul. Aku ingin melihat wajahnya, aku ingin mendengar suaranya, aku ingin memeluknya seperti yang selalu kulakukan ketika aku takut.” ucap Sica sambil menangis lagi.
“Sica-ah..” Yuri mendekat ke Sica dan memeluk Sica dari samping. “…kau memiliki aku. Kau bisa memelukku jika kau takut.” suara Yuri juga ikut-ikutan parau.
“Aku rindu dengannya Yul, aku ingin melihatnya sekali saja…” ucap Sica dalam tangisan.
“Aku tahu. Kau pasti amat merindukannya kan?” tanya Yuri, Sica mengangguk.
“Sebaiknya kau bersabar dan terus berdoa agar Jaebum oppa bisa kembali ke Korea secepatnya.” Yuri mengusap-usap kepala Jessica dengan lembut.
“Aku selalu bersabar dan berdo’a Yul, tapi kapan semua doa-doa ku akan terjawab? Aku tidak ingin apa-apa, aku hanya ingin dia disini. Aku merindukannya Yul..” tangis Sica semakin menjadi, Yuri memeluknya semakin erat.
“Sica-ah…” sebuah suara merdu memanggil namanya, suara yang amat ia kenal. Jessica berhenti menangis dan melepaskan pelukan Yuri secara perlahan. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat sosok yang amat sangat dirindukannya.
Sebuah senyum manis yang lama tak terlihat sekarang tergambar jelas di wajahnya. Matanya seakan memancarkan cahaya terang yang indah. Jessica secara perlahan berdiri dari sofa yang dari tadi didudukinya.
“Oppa..” suaranya terdengar gemetar. Dia berjalan pelan-pelan menghampiri sosok yang ada di depan matanya. 2 meter..1.5 meter…1 meter…50 centi…20 centi… 10 centi…
Tubuh mereka semakin dekat. Mata Jessica berkaca-kaca. Tangannya naik dan mengelus lembut wajah kekasih yang sudah lama tidak di lihatnya.
“Ini benar… Ja.. Jaebum op..pa?” tanyanya seakan tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya sekarang. Jaebum mengangguk.
“Kau benar… Park Jaebum? Ini bukan, ini bukan mimpiku saja kan?” tanya Sica lagi. Jaebum semakin mengembangkan senyumannya dan merangkul Jessica masuk ke dalam pelukannya. Di peluknya erat-erat wanita yang hampir 8 bulan tidak di temuinya.
Jessica sendiri yang masih shock tidak membalas pelukan Jaebum.
“Lepas.” ucapnya pelan.
“ehm? mworago?” tanya Jaebum lembut.
“Lepas. LEPASKAN AKU!” Jessica berteriak kencang dan menjauh dari Jae.
“Sica, kau kenapa?” tanya Yuri dan yang lain yang ternyata sudah dari tadi berdiri di belakang.
“Suruh dia pergi! Aku tidak mau melihat dia ada disini!” Jessica kembali berteriak histeris.
“Onnie. Itu Jaebum oppa.” Yoona mencoba menenangkan Sica.
“Arro! Suruh dia pergi! Aku tidak mau melihatnya!”
“Sica-ah, aku mohon jangan begini.” pinta Jaebum yang sudah menangis. Dia mencoba mendekati Sica akan tetapi gadis itu tetap saja bergerak menjauh darinya.
“Sica-ah, bukan kah kau bilang kau rindu padanya?” tanya Yuri.
“Sica-ah…” Jaebum kembali memohon.
“Kau! Untuk apa kau datang kesini? Belum cukup kau menyiksa perasaanku?” tanya Jessica masih dengan nada tingginya.
“Aku kesini untuk menemuimu.” jawab Jae lembut.
“Menemuiku? Lalu setelah itu kau akan pergi lagi?”
“Sica-ah…”
“Lihat! Kau akan pergi lagi kan?”
“Sica-ah, aku…”
“Aku sudah menunggumu selama 8 bulan. Apa kau tahu bagaimana perasaanku? Aku cemas, AKU CEMAS PARK JAEBUM! Apa kau tahu itu?” tangisannya semakin menjadi.
“Sica aku.. aku minta maaf telah membuatmu cemas.”
“Kau tidak tahu seberapa menderitanya aku disini selama kau tidak ada.” Jessica jatuh terduduk sambil tetap menangis.
“Sica, aku minta maaf.” Jaebum menghampiri Jessica dan memluknya erat.
“Aku janji aku tidak akan pernah membuatmu menderita lagi. Aku janji tidak akan membuatmu menunggu lagi.” ucap Jaebum pelan. Dia mengecup lembut kepala Sica yang masih tertunduk menangis.
“Dan aku janji aku tidak akan meninggalkanmu lagi.” Jessica berhenti menangis. Kepalanya terangkat dan memandang Jaebum serius. ”Benarkah?” tanya Jessica sesegukan, Jaebum mengangguk.
“Oppa tidak akan meninggalkanku lagi?” Jaebum mengangguk lagi.
“Aku tidak akan meninggalkanmu bahkan aku berjanji akan melakukan apapun yang kau mau.” ucap Jaebum sambil tersenyum.
“Kalau begitu bisa aku minta satu hal?”
“Apa?”
“Please never say goodbye.” pinta Sica.
Jaebum tersenyum dan mengecup kening Sica, “I will never say goodbye.”


-end-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar