Ika Land's

Ika Land's
Right Now

Jumat, 04 Maret 2011

Oh! My Goddess 2PM Nichkhun – SNSD Yoona Romance

Dia amat cantik. Kecantikannya membuat semua orang terpesona, sosoknya yang riang, kulit yang memancarkan sinar matahari yang dapat membuat semua orang merasa teduh.
Jika menjadi sempurna adalah dosa maka aku amat yakin dia pasti akan menjadi dosa terindah dimuka bumi ini. Hanya dengan sekali tatapan aku tahu bahwa dia adalah dewi yang diturunkan Tuhan ke bumi. Senyumnya, tawanya bahkan tangisannya semua sempurna.
Aku. Ya, sepertinya dia sudah mengambil hatiku lalu mengisinya dengan bayang-bayang wajah cantiknya. Ketika melihatnya tersenyum jantungku terasa berhenti, ketika dia tertawa maka mataku seakan ingin meloncat dari tempatnya.
Dialah yang bisa membuatku tersenyum walaupun aku kehilangan salah satu anggota tubuhku, dialah yang bisa membuatku tersenyum sepanjang hari seperti orang gila dan yang lebih parahnya lagi, gadis itu… dia milikku.
“Oppa!” dia berteriak tepat di depan wajahku.
“O..oo… Kenapa?” aku yang baru sadar jadi gugup.
“Oppa yang kenapa! Dari tadi aku memanggilmu kau hanya bisa melamun.” dia mencibirkan bibirnya. Ya Tuhan, bahkan pada saat seharusnya manusia menjadi jelek dia tetaplah cantik seperti bidadari.
“Mianhae Yoona-ah.” aku mencubit pelan pipi yang digembungkannya.
“Oppa sedang berpikir apa? Pasti memikirkan wanita lain? Iya kan?” tuduhnya. Mata tajamnya mampu membuat jantungku bergerak seperti roda kendaraan yang berputar di atas kecepatan 200 km/jam.
“Iya kan??” dia kembali cemberut.
“Aku tidak memikirkan wanita lain, aku hanya…” sengaja kugantungkan kata-kataku untuk melihat reaksinya.
“Hanyaaaa…” dia mengulang kata-kata ku. Aku tersenyum geli melihat ekspresi wajahnya yang luar biasa lucu, dia seperti anak kecil yang berusia 5 tahun. Karena gemas maka kukecup kening sebentar.
“OPPA!! Kenapa kau mencium kening?” teriaknya protes.
“Wae? Kau kan pacarku jadi aku berhak menciummu kapanpun aku mau.” kujulurkan lidahku kearahnya.
“Dengar ya Nichkhun Buck Horvejkul! Aku bukan wanita yang bisa kau perlakukan seenaknya. Kalau kau mau memeluk atau menciumku maka kau harus minta izinku terlebih dulu!” terangnya. Harus kuakui, aku amat suka wanita berprinsip sepertinya.
Aku hanya bisa menundukkan kepalaku menahan tawa. Dia benar-benar menggemaskan.
“Oppa, apa yang lucu?”
“Kau Yoong, kau amat menggemaskan.” kucubit pipinya dengan lembut.
“Oppa, kenapa kau suka sekali mencubit pipiku?”
“Karena kau menggemaskan.” jawabku dengan kepala bertumpu di tangan kiriku.
Dia menatap mataku, mendekatkan kepalanya ke arahku. Bisa kulihat dia menutup matanya ketika bibir lembutnya bersentuhan dengan dahi ku
Kecupan itu hanya sebentar, mungkin tidak sampai 5 detik namun hal itu mengakibatkan wajahnya merah seakan dia memakai make-up yang tebal.
Aku tersenyum melihat tingkahnya. Selama berpacaran baru kali ini dia menciumku terlebih dulu, seperti kataku sebelumnya, dia wanita yang memiliki prinsip.
Kudekatkan wajahku dan kutempatkan kedua tanganku di kepalanya. Dia menutup matanya dan terlihat gugup. Kucium keningnya dan kali ini lebih lama dari sebelumnya. Aku bisa merasakan nafas hangatnya ketika wajah kami berdekatan. Rambut nya wangi dan kulitnya selembut kulit bayi.
Terasa lamaaaa sekali baru kulepaskan . Dia membuka matanya dan menatapku sambil tersenyum lembut.
“Yoona-ah..” panggilku pelan. Dia tidak menjawab apa-apa melainkan hanya memberikan tatapannya padaku.
“Mau kah kau menikah denganku? Menjadi istriku dan menghabiskan sisa hidupmu bersamaku? Menjadi pendamping ketika aku susah maupun senang? Mengurusku saat aku sakit dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak?”
Dia melebarkan matanya setelah mendengar ucapanku. Aku tidak pernah menyangkan kalau kata-kataku barusan menyebabkan matanya merah dan berair. Dia… dia terharu.
“Yoona-ah?”
Dia mengangguk kencang lalu memelukku. “Aku mau oppa, aku mau.”
Kulepas pelukannya, kukecup keningnya lalu kupeluk tubuh yang besarnya kurang lebih hanya setengah dari ukuran tubuhku.
Aku memeluk tubuhnya dengan erat seakan takut kehilangan dirinya. Pundaknya amat nyaman walaupun berukuran kecil. Aku memejamkan mataku dan membisikkan kata di telinganya, “gumawo Yoona Horvejkul. Terimakasih, my goddess.”
-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar